Search site


Contact

Asmarahadi

E-mail: aasmarahadi@yahoo.co.id

MENGENAL “HAL-HAL SEPUTAR PERTANYAAN TENTANG CINTA (4).”

24/04/2010 11:45

Cinta dan pernikahan
Cinta dan kekerasan
Cinta dan kesepian
Cinta dan seksualitas
Cinta, agama dan budaya

Cinta dan pernikahan

Cinta selalu membuat orang ingin memiliki ikatan dengan yang dicintai. Namun apakah cinta selalu membuat orang berpikir untuk terikat pernikahan dengan orang yang dicintai? Belum tentu. Sebagian besar memang berpikir untuk menikahi yang dicintai. Namun, mereka yang mencintai terkadang juga takut menghadapi pernikahan. Ada yang hanya mau berpacaran saja atau ada yang hanya mau kumpul kebo.

Saat ini, cinta memang menjadi landasan untuk menikah bagi sebagian besar orang. Contohnya Anda, apakah Anda mau menikah dengan orang yang tidak ada cintai? Anda tentu memilih menikah dengan orang yang Anda cintai. Namun demikian, pernikahan boleh jadi tanpa cinta dan tidak semua pencinta yang menginginkan pernikahan, benar-benar menikah. Sebab pernikahan bukan hanya tentang cinta. Begitulah budaya kita. Di Uni Soviet, pada tahun 1986 dilaporkan hanya 50% orang menikah karena cinta. Di Amerika Serikat, sekitar 87% menikah karena cinta. Bagaimana dengan di Indonesia? Lagi-lagi tidak ada data yang tersedia.

Anda pasti sering mendengar adanya orang yang menikah karena dipaksa. Nah, mereka tentu menikah tanpa cinta. Mereka berasumsi, jika sudah terbiasa, nantinya cinta akan tumbuh juga. Begitu pun Anda pasti sering mendengar adanya hubungan cinta yang dilarang. Orang tua melarang anak gadisnya berpacaran dengan orang yang dicintai sang gadis karena menilai kurang menjanjikan. Akibatnya cinta sang gadis tidak pernah berlanjut ke pernikahan.

Sampai saat ini masih sangat banyak yang beranggapan bahwa menikah akan membuat orang berbahagia selamanya. ‘Living happily ever after’, demikian istilahnya dalam bahasa inggris. Benarkah hal tersebut? Banyak ilmuwan mengatakannya sebagai mitos. Rasa bahagia pasti menurun pada saat-saat tertentu dan naik pada saat yang lain. Lagi pula tidak ada pernikahan yang tanpa masalah sedikitpun.

Sebuah survei nasional di Amerika Serikat oleh National Opinion Research Center, pada tahun 2001, menunjukkan bahwa hanya sebesar 40% orang dewasa yang menikah, 23% yang tidak pernah menikah, 19% yang dalam kondisi bercerai, dan 16% yang hidup terpisah, melaporkan mengalami rasa sangat bahagia dalam hidup mereka. Hal yang kurang lebih sama ditemukan di Kanada dan Eropa. Bagaimana dengan di Indonesia? Tidak ada survei yang diketahui telah dilakukan. Namun mungkin angkanya tidak akan jauh berbeda. Nah, bukankah 60% mereka yang menikah melaporkan kurang bahagia?!

Akan tetapi jelas bahwa mereka yang menikah lebih banyak yang merasakan bahagia. Diketahui bahwa mereka yang menikah umumnya lebih berbahagia daripada mereka yang tidak menikah. Laki-laki menikah dan perempuan menikah lebih bahagia daripada mereka yang tidak pernah menikah, bercerai atau berpisah. Pada orang-orang yang tidak menikah, rata-rata bunuh diri dan depresinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menikah. Sebuah survei yang dilakukan National Institute of Mental Health di Amerika Serikat menemukan bahwa rata-rata tingkat depresi meningkat dua sampai empat kali lipat lebih besar pada orang dewasa yang tidak menikah.

Cinta dan kekerasan

Cinta tidak selalu damai. Ia juga bisa menimbulkan kekerasan. Mereka yang cemburu bisa melakukan kekerasan. Begitu pun mereka yang hubungannya kurang bahagia. Mereka akan lebih banyak tidak sepakat pada banyak hal, saling memerintah, saling mengkritik, dan saling mengabaikan satu sama lain. Kekerasan domestik atau kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) adalah hal yang umum terjadi. Anda pasti biasa mendengar ada seorang pria yang memukuli pacarnya, atau suami memukul istrinya.

Kekerasan domestik adalah pola kekerasan dan perilaku koersif di mana seseorang mencoba untuk mengontrol pikiran, keyakinan, atau perilaku dari pasangan intimnya atau untuk menghukum pasangan bila menolak kontrol. Hubungan cinta yang tidak setara memungkinkan lebih besar terjadinya kekerasan. Alasan cinta sering digunakan ketika melakukan kekerasan seksual pada pasangan. “Jika kamu benar-benar mencintaiku, maka kita harus melakukannya. Jika tidak, bagaimana aku bisa percaya padamu”, demikian kata-kata yang sering digunakan.

Kekerasan dalam hubungan cinta mencakup kekerasan fisik (misalnya menampar dan memukul), kekerasan emosional verbal (misalnya mengkritik, membuat pasangan merasa bersalah dan menghina), ketergantungan finansial (misalnya mencegah pasangan berpenghasilan sendiri dan mengontrol semua aspek keuangan), isolasi sosial (misalnya membatasi pergaulan dan melarang pasangan bertemu orang lain), kekerasan seksual (misalnya selingkuh, sadomasokisme, dan memaksa seks), pengabaian (misalnya membiarkan pasangan dan menyalahkan pasangan), intimidasi/ancaman (misalnya mengancam mau meninggalkan dan mau memukul).

Kekerasan bisa terus berlangsung dalam hubungan cinta, justru karena cinta itu sendiri. Banyak yang sudah dianiaya pasangan, tetap saja tidak mau berpisah karena merasa masih mencintainya. Karena rasa cinta, maka apapun tindak kekerasan yang dilakukan pasangan selalu dimaafkan. Inilah sebab kekerasan terus berjalan.

Cinta dan kesepian

Apa yang terjadi pada orang yang mencari cinta tapi tak kunjung mendapatkannya? Rasa kesepian. Orang merasa sepi dalam hidupnya jika tanpa cinta. Tidak jarang, rasa kesepian merupakan pendorong bagi seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Bukankah biasa kita mendengar mereka yang menikah hanya karena takut akan kesepian pada masa senjanya?!

Kesepian adalah perasaan kekurangan dalam hubungan sosial yang menyediakan kesempatan untuk keintiman atau kedekatan emosional dan persahabatan. Orang bisa merasa sepi dalam keramaian, dan merasa ramai dalam kesepian, sebab rasa sepi sangat subjektif. Meskipun dikelilingi puluhan orang setiap hari, mereka yang merasa kurang memiliki hubungan yang intim, hangat dan akrab dengan seseorang tetap akan merasa sepi. Sebaliknya ada juga yang hanya bertemu dengan satu orang saja sehari sekali, tidak merasa sepi karena yang ditemui dirasakan mampu memberikan rasa dekat.

Remaja sering sekali melaporkan rasa kesepian. Mereka merasa sepi, meskipun banyak memiliki teman. Oleh karena kematangan perkembangan, remaja seolah-olah dituntut untuk memiliki hubungan cinta. Jika mereka gagal, mereka juga merasa gagal dalam hampir seluruh aspek. Oleh sebab itu kegagalan menjalin cinta bisa mengakibatkan seorang remaja sangat kesepian. Nah, rasa kesepian itu akan mendorong mereka untuk berupaya menjalin cinta. Jika gagal, kesepian akan kembali mendera. Jika berhasil, maka kesepian akan lenyap.

Biasanya, kaum perempuan lebih mudah merasa kesepian daripada laki-laki. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan sebab kesepian. Perempuan umumnya menilai dirinya kesepian atau tidak, berdasarkan kualitas hubungan, seperti dukungan sosial, kedekatan emosional, dan lainnya. Oleh karena lebih sulit untuk mendapatkan hubungan yang berkualitas, maka perempuan lebih mudah merasa kesepian. Berbeda dengan laki-laki, mereka menilai dirinya kesepian dari sisi jumlah hubungan sosial. Jika Anda laki-laki maka Anda cenderung melihat diri kesepian bila kurang adanya teman berkegiatan bersama. Sepanjang ada teman yang bisa diajak memancing bersama, olahraga bersama, dan semacamnya, maka kaum laki-laki kurang merasa kesepian.

Cinta dan seksualitas

Jika Anda mencintai seseorang, apakah Anda tidak ingin melakukan hubungan seks dengannya? Sangat mungkin Anda menginginkannya. Cinta itu sendiri mengandung elemen ketertarikan seksualitas. Mereka yang menarik secara seksual, juga menarik untuk dicintai. Ini artinya terdapat hubungan yang sangat erat, atau malah integral antara cinta dan seksualitas. Sebagian peneliti cinta bahkan tidak menganggap berbeda antara cinta penuh hasrat (passionate love) dengan hasrat seksual. Namun, tentu lebih diterima jika mengatakan, ‘aku cinta kamu’ daripada mengatakan ‘aku berhasrat padamu’.

Cinta lebih memungkinkan terjadi hubungan seksual. Jika tidak ada hubungan seksual, maka tidak ada keturunan. Jika tidak ada keturunan, maka punahlah umat manusia. Namun, kenyataan membuktikan bahwa manusia beranak pinak sedemikian banyaknya. Pada kira-kira tahun 1000 Masehi, di seluruh dunia ada sekitar 300 juta umat manusia. Hanya dalam 1000 tahun berikutnya, jumlah umat manusia sudah membengkak menjadi sekitar 10 miliar. Terjadi peningkatan 33 kali lipat. Nah, cinta merupakan salah satu faktor yang menyumbang terjadinya pembengkakan jumlah itu.

Terdapat perbedaan strategi antara laki-laki dan perempuan dalam hal upaya reproduksi karena adanya perbedaan fisiologis. Hal ini juga berpengaruh terhadap cinta yang dialami. Perempuan akan lebih mudah jatuh cinta pada mereka yang memiliki sumber daya berlimpah. Anggapan bahwa perempuan itu ‘matre’, ada benarnya. Namun, itu sama sekali bukan keburukan. Itu adalah strategi alamiah yang dimiliki perempuan untuk bertahan hidup dan survival. Sementara laki-laki lebih mudah jatuh cinta pada daya tarik fisik pada diri perempuan.

Strategi reproduksi perempuan
Perempuan dapat menghasilkan anak dalam jumlah terbatas dan hanya dalam kurun waktu tertentu
Perempuan mencari laki-laki yang memiliki sumber daya untuk melindunginya dan keturunannya
Perempuan menilai laki-laki berdasarkan kapasitasnya dalam hal pendapatan, ambisi, status, dan kepemilikan.
Perempuan tertarik pada laki-laki yang menunjukkan sumber-dayanya

Strategi reproduksi laki-laki
Laki-laki dapat menghasilkan anak dari masa pubertas sampai mati.
Laki-laki mencari perempuan yang dapat bereproduksi
Laki-laki menilai perempuan berdasarkan kemudaan, kesehatan dan kecantikan
Laki-laki tertarik pada perempuan yang menunjukkan adanya kapasitas bereproduksi

Cinta, agama dan budaya

Hampir tidak ada budaya dan agama yang tidak mengatur cinta. Misalnya, ajaran Islam menghendaki pernikahan sebagai wujud cinta. Jika mencintai, maka menikahlah dengannya. Nah, dalam pernikahan-lah orang bebas untuk mengekspresikan cinta. Hubungan seksual juga baru boleh dilaksanakan dalam ikatan pernikahan. Ekspresi cinta apapun di luar pernikahan dianggap sebagai tabu.

Cinta, meskipun kemunculannya benar-benar bebas. Tapi ekspresinya tidaklah bebas. Ia terkungkung norma budaya. Misalnya saja, adalah hal biasa di negara barat, setelah mengatakan cinta, kemudian melakukan hubungan seksual. Jam 8 malam mengatakan cinta, lalu jam 10 malam melakukan hubungan seksual. Sementara itu, di Indonesia, umumnya orang akan menunggu cukup lama sebelum hubungan seksual bisa dilakukan. Bahkan masih sangat banyak yang tidak mau melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

Begitu juga tinggal bersama menjadi tabu bagi sebagian budaya tapi menjadi budaya di beberapa negara. Misalnya saja, di Inggris, adalah hal biasa tinggal bersama kekasih tanpa ada ikatan pernikahan. Jika Anda penggemar sepak bola, Anda pasti sering mendengar pemain-pemain bola yang baru menikah setelah bertahun-tahun hidup bersama dan bahkan memiliki anak. Tapi tidak di Yogyakarta. Kalau berani melakukannya, bakal di grebeg habis. Kalau cuma diusir masih mendingan, tidak jarang sampai dipukuli karena dipandang sebagai noda. Mereka yang tetap nekad tinggal bersama akan membekali diri dengan surat nikah palsu.

Pacaran adalah hubungan cinta yang semakin lama semakin diperbolehkan. Dulu, tidak ada anak muda yang diperbolehkan pacaran. Saat ini, hampir tidak ada anak muda yang tidak pacaran. Kegiatan yang dilakukan dalam pacaran pun sangat berbeda. Dulu, jangankan memegang tangan, melihat pun harus dari lubang jendela. Sekarang ini, tidak hanya ciuman, hubungan seksual mulai biasa dilakukan oleh mereka yang berpacaran. Tidak heran jika angka kehamilan di luar nikah semakin naik dari tahun ke tahun.

Kepada siapa orang boleh mencintai pun budaya memberi batasan. Mencintai istri orang merupakan tabu. Itu cinta terlarang. Lebih terlarang lagi mencintai (dalam arti cinta romantik) kepada ibu, ayah, anak, saudara kandung, dan saudara sedarah lainnya. Bahkan, perempuan yang mencintai pria jauh lebih tua juga kurang diterima, begitu pun sebaliknya. Misalnya anak gadis belasan tahun menikah dengan bapak-bapak umur 60 tahun. Pasti bakal dicurigai hubungannya.

Bagaimana cinta sesama jenis? Nah, dalam hal ini terjadi perbedaan antar budaya dalam menyikapinya. Secara umum, di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan beberapa negara lain, cinta seperti itu sah-sah saja. Bahkan Belanda telah membuat undang-undang yang memungkinkan pernikahan sesama jenis. Sementara itu, di Indonesia umumnya masyarakat masih mengecam cinta sesama jenis. Mereka yang mengalaminya jadi enggan menunjukkan diri. Namun ke depan, agaknya masyarakat akan lebih terbuka dengan fenomena tersebut.

Cinta secara umum tidak hanya mempengaruhi sektor privat. Ia juga mempengaruhi sektor publik. Banyak kehidupan ekonomi didorong oleh adanya cinta. Misalnya, Anda melakukan kegiatan ekonomi tertentu karena cinta. Anda membeli hadiah untuk yang Anda cintai, adalah salah satunya. Namun, bukan itu kegiatan ekonomi sebenarnya. Kegiatan ekonomi yang secara langsung didorong cinta adalah produksi barang dan jasa untuk para pecinta. Mulai dari penerbitan buku-buku cinta, barang-barang bertema cinta, cokelat (yang identik dengan kue cinta), kebun bunga, percetakan dan sebagainya.

Salah satu kegiatan ekonomi yang banyak mendorong kegiatan ekonomi masyarakat adalah saat hari Valentine pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Hari itu ditasbihkan sebagai hari milik cinta. Umumnya anak muda saat ini merayakannya. Mulai dari memberi hadiah-hadiah spesial pada yang dicintai, ikut dalam berbagai acara musik dan hiburan, melakukan perjalanan bersama, sampai makan di restoran nan romantis. Semuanya mendorong naiknya volume perdagangan. Pada saat Valentine Day, banyak produksi barang dikeluarkan untuk menyambutnya. Salah satu yang paling diuntungkan adalah produsen cokelat dan bunga mawar, sebab keduanya telah diidentikkan sebagai kue cinta dan bunga cinta. Penjualan keduanya meningkat sangat tajam. Hampir seluruh pusat perbelanjaan mempersiapkan secara khusus barang-barang untuk hari Valentine.

Anda juga pasti tahu, industri hiburan umumnya digerakkan oleh tema cinta. Hampir semua lagu bertema cinta. Sangat jarang ada lagu populer yang tidak bertema cinta. Sepertinya tema cinta tidak habis-habisnya digali. Coba Anda cari lagu yang tidak bertema cinta, Anda akan menemukannya sedikit sekali dibandingkan yang bertema cinta.

Pun film-film, drama dan opera produksi manapun, hampir selalu bertema cinta. Entah itu buatan India, Hongkong, Jepang, Perancis, Hollywood, sampai Iran. Jikapun cerita intinya bukan cinta, adegan cinta biasanya tetap dimasukkan di sana. Sebagai catatan, dari 10 film terlaris sepanjang masa di seluruh dunia, hampir semuanya memasukkan tema cinta di dalamnya. Tiga film terlaris, mulai Titanic (1997) yang menghasilkan $1,835,300,000, lalu The Lord of the Rings : The Return of the King (2003) yang menghasilkan $1,129,219,252, kemudian Pirates of the Caribbean : Dead Man’s Chest (2006), yang menghasilkan $1,060,332,628, adakah yang tanpa cinta?

Selamat bercinta!

Bookmark and Share