Search site


Contact

Asmarahadi

E-mail: aasmarahadi@yahoo.co.id

Teori Interaksi Simbolik

22/04/2010 20:21

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat ”humanis”. Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keangungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto. 2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993)  interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: (1) Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan (3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain:

1.Pentingnya makna bagi perilaku manusia

2.Pentingnya konsep mengenai diri

3.Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer, dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:1.Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka,2.Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia,3.Makna dimodifikasi melalui proses interpretif

Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan, menurut LaRossan & Reitzes antara lain:1.Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain,2.Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku
Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya

Tujuh asumsi-asumsi karya Herbert Blumer (1969) adalah sebagai berikut:
•Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
•Pentingnya konsep diri,
•Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tujuh asumsi karya Herbert Blumer
•Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka,
•Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia,

•Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif,
•Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain,
•Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku,
•Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial,
•Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

 

Interaksi Simbolik
Teori ini menyatakan bahwa Interaksi sosial pada hakekatnya adalah Interaksi simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atas simbol tersebut.
Stratifikasi Sosial/Pelapisan Sosial
Adalah pembedaan tinggi rendah kedudukan sekelompok orang atau seseorang di bandingkan dengan seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat. Pelapisan Sosial dapat terjadi karena pengaruh berbagai kriteria, antara lain:
1. Ekonomi (kekayaan)
2. Politik (Kekuasaan)
3. Sosial (Martabat)
 

Bookmark and Share